Mudah, Enak, dan Sehat!
pengalaman kuliner bambang nurcahyo prastowo
Mie Dhuk-Dhuk Pak Mustofa
December 23, 2008
Hampir tiap malam ada beberapa penjual
mi Jawa keliling lewat depan rumah. Pak Endut (saya tidak tahu namanya,
orang-orang kampus menyebutnya begitu) lewat sekitar pukul 23:00. Beliau
saya nilai bisa memahami selera pembeli. Saya bilang pakai kecap
sedikit, dia akan sesuaikan garam dengan pengurangan kecap. Demikian
juga kalau saya minta tanpa kecap. Rasa selalu pas. Mi Becak lewa tidak
menentu bolak balik. Peralatan dan bahan masakan dibawa dengan gerobak
yang digerakkan dengan mekanisme becak. Saya jarang-jarang beli Mi Becak
karena selain citarasanya tidak cocok, biasanya dia lewat dengan
kecepatan tinggi sambil memukul-mukul kentongan dhuk-dhuknya. Dengan
kecepatan setinggi itu, penjual mi sudah tidak terlihat lagi pada saat
saya sampai di tepi jalan.
Pak Mustofa, saya sering menyebutnya anak muda karena memang masih
muda, lewat depan rumah sekitar pukul 20:30. Meskipun porsinya relatif
kecil dibanding porsi Mi Pak Endut, rasanya tidak kalah lezatnya.
Masalahnya, pak Mustofa hanya tahu satu cara memasak. Saya pernah minta
dia mengurangi kecap, tetap saja pakai kecap dengan resepnya sendiri.
Perintah tidak pakai kecap pun tidak membawa perubahan rasa bakmi
meskipun dia bila iya. Yang unik, pernah saya minta dia membuat mi
rebus. Yang terjadi adalah dia memasang mi goreng seperti biasa terus
ambil air mendidik dituang begitu saja ke mi goreng, jadilah mi rebus!
Tentu saja rasanya menjadi hambar karena pak Mustofa sepertinya tidak
mengubah sama sekali bumbunya.Sebagai bonus, penyajian mi anak muda
dilengkapi dengan sekantung plastik krupuk.
Tidak seperti pak Endut yang menabutkan cabe rawit banyak-banya, pak
Mustofa hanya menaruh satu buah cabe rawit ukuran kecil tapi pedas luar
biasa. Beberapa waktu lalu saya sempat mewawancarinya. Dia tinggal di
Karang Waru. Setiap malam, gerobaknya mampu membawa sekitar 30-50 porsi
mi yang dijual dengan harg Rp.6000,–. Perjalanan terjauh penjajaannya
adalah SMP 6. Apa lagi ya? Sudah lama sih, banyak yang diceritakannya.
Sumber : http://cemplon.blog.ugm.ac.id/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar